Seni bela diri merupakan satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang itu mempertahankan diri. Seni bela diri telah lama wujud dan pada mulanya ia berkembang di medan pertempuran sebelum secara perlahan-lahan apabila peperangan telah berkurangan dan penggunaan senjata moden mula digunakan secara berleluasa, seni bela diri mula berkembang dikalangan mereka yang bukannya anggota tentera tetapi merupakan orang awam.
Boleh dikatakan seni bela diri terdapat di merata-merata di dunia ini dan hampir setiap negara mempunyai seni bela diri yang berkembang samaada secara tempatan atau diubah suai daripada seni bela diri luar yang meresap masuk. Sebagai contoh seni silat adalah seni bela diri yang berkembang di negara ASEAN dan terdapat di Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Brunei.
Bagaimanapun kemudahan perhubungan dan komunikasi yang adapada masa ini memudahkan perkembangan idea dan seni bela diri tidak lagi terhad di tanah asalnya tetapi telah berkembang keseluruh dunia.
Seni bela diri juga terbahagi kepada beberapa jenis daripada seni tempur bersenjata tajam, senjata tidak tajam seperti kayu, dan seni tempur tangan kosong. Di antara jenis-jenis seni bela diri yang ada adalah seperti berikut:
Aikido, Capoeira, Gulat, Hapkido, Jiu Jitsu, Judo, Kalaripayat, Karate, Kendo, Kung fu, Silambam, Silat, Taekwondo, Tomoi, Wing Tsun, Wun-hup-kuen-do, Wushu
AIKIDO
Aikido adalah salah satu seni beladiri asal Jepun yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba. Aikido diciptakan pada era modernisasi Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an. Beladiri ini merupakan kombinasi dari ilmu pedang Kenjutsu dan Jujutsu yang juga merupakan bentuk seni beladiri tradisional Jepang. Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah langkah kaki. Sedangkan pengaruh jujutsu tampak dalam penggunaan teknik kuncian dan lemparan.
Aikido adalah salah satu seni mempertahan diri yang berasal dari Jepun yang dicipta oleh Morihei Ueshiba. Aikido diciptakan pada era modernisasi Jepun yang berlangsung sekitar tahun 1800an. Beladiri ini merupakan kombinasi dari ilmu pedang Kenjutsu dan Jujutsu yang juga merupakan bentuk seni bela diri tradisional Jepun. Pengaruh Kenjutsu boleh dilihat dalam pengaturan gerakan-gerakan atau langkah kaki. Sedangkan pengaruh jujutsu pula kelihatan dalam penggunaan teknik kuncian dan lemparan.
Seni mempertahankan diri ini dicipta dengan menekankan harmonisasi dan keselarasan antara ki (tenaga dalam) individu dengan ki alam semesta. Aikido juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan. Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudiannya menundukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan. Berbeza dengan seni mempertahankan diri lain yang pada umumnya lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fizikal dan stamina, Aikido mendasarkan latihannya lebih pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan dan bantingan. Sementara teknik-teknik pukulan ataupun tendangan biasanya jarang digunakan. Falsafah-falsafah yang mendasari Aikido, iaitu kasih dan konsep mengenai ki inilah yang membuat Aikido menjadi suatu seni mempertahankan diri yang unik.
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang pelajar aikido (digelar aikidoka) hampir sama dengan yang digunakan oleh seni bela diri asal Jepun lainnya, iaitu sistem Kyu untuk tingkat asas dan Dan untuk tingkat mahir. Secara ringkas, aikidoka baru (tingkat Kyu 6) hingga Kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih. Sementara aikidoka yang mencapai tingkatan Kyu 3 hingga 1 menggunakan sabuk berwarna coklat. Tingkatan selanjutnya adalah Dan, dan aikidoka yang berjaya mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta peralatan tambahan berupa celana panjang bernama Hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh samurai-samurai pada zaman dahulu.
Seni beladiri ini diciptakan dengan menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki(prana) individu dengan ki alam semesta. Aikido juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.
Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan. Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan. Sementara teknik teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan.Falsafah falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki inilah yang membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik.
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu untuk tingkat dasar dan Dan untuk tingkat mahir. Secara singkat, praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih. Sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Tingkatan selanjutnya adalah Dan. Praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama Hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada jaman dahulu.
CAPOEIRA
Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.
apa itu capoeira? Bahkan, bagi orang yang telah menyaksikannya sendiri, capoeira sulit untuk serta-merta didefinisikan. Suatu tarian? Suatu permainan? Suatu ilmu bela diri? Jawabannya, capoeira adalah gabungan itu semua dan lebih lagi. Dan, para pemain capoeira-yang disebut capoerista atau capoeira-meyakini itu dan menjalaninya.
Capoeira memang Brasil. Namun, orang tak sepakat mengenai asalnya. Bira Almeida, seorang pendekar capoeira yang dikenal orang dengan sebutan Mestre Acordeon dan yang melatih di San Francisco, AS, mengatakan ada tiga teori mengenai asal bentuk kesenian yang melibatkan gerakan, musik, dan unsur-unsur filsafat praktis itu. Ada yang percaya capoeira telah terbentuk di Afrika dan dibawa dalam bentuk yang sudah jadi oleh budak-budak dari tanah Afrika. Teori kedua menyebutkan capoeira diciptakan orang-orang Afrika dan keturunannya di daerah pedalaman Brasil, sedangkan teori ketiga menyebutkan capoeira diciptakan orang-orang dari Afrika di salah satu pusat perkotaan Brasil.
Walau pendukung masing-masing teori memberikan argumen yang mendukung dan yang sudah didiskusikan sejak lama, teori yang paling banyak diterima adalah teori yang kedua bahwa para budak Afrika membawa berbagai unsur kebudayaan dari tanah asalnya, lalu mengolah dan menggabungkannya di tanah Brasil, sehingga terciptalah apa yang disebut capoeira.
Waldeloir Rego-seorang sosiolog Brasil-dalam bukunya, Capoeira Angola, yang diterbitkan Editora Itapua tahun 1968, berpendapat capoeira diciptakan di Brasil dengan serangkaian gerakan dan irama yang terus diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Nestor Capoeira, penulis beberapa buku panduan capoeira, menyebutkan apa yang diyakini oleh sebagian besar capoerista bahwa itu merupakan sintesis tarian, pertarungan, dan alat musik dari berbagai kebudayaan berbeda, dari berbagai wilayah Afrika. Sintesis itu diciptakan di tanah Brasil, kemungkinan di Salvador, ibu kota negara bagian Bahia, pada masa perbudakan, terutama selama abad ke-19.
Capoeira merupakan sejenis silat yang diperkembangkan oleh abdi Brazil semasa zaman jajahan. Silat ini berkait rapat dengan paranawe, sejenis tarian tradisional di negara tersebut.
Silat ini dicirikan oleh pergerakan yang cekap serta rumit, dan selalunya dilaksanakan dengan melekapkan badan atas lantai ataupun berdiri terbalik. Capoeira sentiasa dimain dengan muzik dan terdiri daripada dua gaya yang utama:
Angola: dicirikan oleh pergerakan yang lambat dan menumpukan kepada upacara amal serta tradisi capoeira;
Regional (disebut heh-jeeh-oh-nahl): dicirikan oleh pergerakan akrobat dengan penumpuan kepada teknik dan strategi.
Kedua-dua gaya ditandakan dengan penggunaan helah dan pergerakan berpura-pura serta gerak kaki yang meluas seperti ayunan, tendangan dan sondolan.
Keasalan perkataan capoeira telah dipertikaikan. Ada yang mengatakan perkataan ini merujuk kepada kawasan hutan yang telah dipugar. Bagaimanapun, cendekiawan Afro-Brazil, Carios Engenio, percaya bahawa perkataan ini merujuk kepada capa, sejenis bakul besar dan bulat yang dijunjung oleh abdi bandar yang menjual barang-barang. Menurut beliau, capoeira merujuk kepada orang yang menjunjung capa. Sebaliknya, K. Kia Bunseki Fu-Kiau, seorang cendekiawan Kongo, menggangap bahawa capoeira merupakan kecacatan perkataan kipura dalam bahasa Kikongo yang membawa maksud "mengepak-ngepak, bergerak pantas dari tempat ke tempat, bergelut ataupun bertumbuk". Khususnya, istilah ini digunakan untuk memerikan pergerakan ayam jantan dalam pertempuran.
Baru-baru ini, Capoeira telah dipopularkan oleh pelbagai filem dan permainan komputer serta ditonjolkan oleh muzik pop moden.
Apa pun teori yang diyakini orang, semua percaya bahwa budak-budak dari berbagai daerah di Afrika adalah orang-orang yang berperan utama dalam sejarah awal kelahiran capoeira di Brasil. Sampai awal abad ke-19, capoeira dan bentuk-bentuk lain ekspresi kebudayaan Afrika diizinkan, selain sebagai katup pengaman terhadap tekanan yang diciptakan oleh perbudakan, juga untuk maksud agar mereka tidak bersatu. Budak-budak itu adalah orang-orang Yoruba dan Dahomei dari kawasan yang kini menjadi Nigeria dan Liberia, orang Hausa, serta orang Bantu dari Angola, Kongo, dan Mozambik. Perbedaan budaya para budak itu diharapkan para penguasa membuat mereka terpecah-belah.
Namun, mulai sekitar tahun 1814, capoeira-yang sudah mulai terbentuk dengan bersintesisnya unsur-unsur kebudayaan Afrika yang beragam itu-dan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan Afrika lainnya ditekan. Bahkan, pada tahun 1892 capoeira dilarang, padahal empat tahun sebelumnya perbudakan dinyatakan dihapus. Motif penekanan dan kemudian pelarangan oleh penguasa tersebut adalah capoeira memberi rasa persatuan di kalangan orang-orang Afrika itu, menciptakan sebuah kelompok yang kecil dan erat, juga menciptakan orang-orang dengan kepiawaian yang berbahaya. Pada masa itu capoeira, terutama yang di Rio de Janeiro dan Recife, adalah bentuk yang penuh kekerasan.
Baru pada masa pemerintahan Presiden Getulio Vargas yang mulai berkuasa tahun 1930, penguasa mengurangi tekanan pada ekspresi kebudayaan rakyat, termasuk capoeira. Pendekatan pemerintahan Vargas ini mungkin yang memudahkan karya Mestre Bimba, yang bertekad memulihkan dan memperbarui efisiensi dan martabat capoeira.
DUA nama besar tidak bisa terlupakan dalam perkembangan sejarah capoeira. Mereka adalah Mestre Bimba, yang nama aslinya adalah Manuel dos Reis Machado, dan Mestre Pastinha atau Vicente Ferreira Pastinha (mestre adalah sebutan untuk guru capoeira yang diperoleh setelah puluhan tahun belajar ilmu itu). Mereka masing-masing dianggap sebagai perwujudan dari dua jenis capoeira: regional dan angola.
Bimba lahir pada 23 November 1899 di Salvador, Bahia (meninggal di Goiania tahun 1974). Menurut Bira Almeida dalam Capoeira, a Brazilian Art Form, Bimba mulai belajar capoeira pada usia 12 tahun dengan Betinho, seorang Afrika yang merupakan kapten kapal pada sebuah perusahaan pelayaran di kawasan Bahia de Todos os Santos (Teluk Semua Orang Suci) di Bahia.
Ketika berusia 18 tahun, Bimba mulai mengajar. Perannya dalam sejarah capoeira ditunjukkan ketika pada tahun 1932 dia menjadi mestre pertama yang membuka sekolah resmi capoeira. Pada 9 Juli 1937, alur sejarah capoeira berubah dengan diakuinya secara resmi sekolah capoeira itu oleh pemerintah.
Mestre Bimba adalah pendekar yang ternama dan ditakuti di masanya. Menurut Nestor Capoeira dalam Capoeira, Pequeno Manual do Jogador (Editora Record, 2002), Bimba mempunyai sebutan "Três Pancadas" (tiga pukulan), yang merupakan jumlah maksimum pukulan darinya yang bisa ditahan oleh lawannya.
Namun, yang lebih dikenang orang adalah sumbangannya pada capoeiragem, capoeira secara keseluruhan. Dia mengembangkan gaya yang disebut sebagai capoeira regional, memperbaiki kualitas teknik gerakan yang diajarkan, menciptakan sekuens latihan, dan memperkaya ilmu itu dengan sapuan dari batuque, suatu ilmu tari-pertarungan keras yang dipelajarinya dari ayahnya, Luiz Candido Machado. Metode pengajaran baru yang diperkenalkannya berdasarkan pada delapan sekuens dari jurus dan tendangan yang sudah ditetapkan untuk dua pemain.
Adapun Mestre Pastinha (1889-1982) dikenal sebagai tokoh yang berdedikasi mempertahankan dan mengajarkan capoeira tradisional yang disebut capoeira angola. Dia belajar capoeira dari seorang Afrika asal Angola bernama Benedito, yang menurunkan ilmunya kepada Pastinha cilik setelah melihat bocah berbadan kecil itu dipukuli seorang anak yang lebih besar.
Beberapa tahun setelah Bimba, Pastinha juga membuka sekolah capoeira untuk gaya yang tradisional itu di Pelourinho, kawasan historis Kota Salvador. Pastinha dikenal sebagai filsuf capoeira karena kegemarannya menggunakan aforisme. Salah satu favoritnya adalah "Capoeira é para homen, mulher e menino, só não aprende quem nao quiser" (capoeira adalah untuk lelaki, perempuan dan anak-anak, yang tidak mempelajarinya hanyalah mereka yang tidak mau), menegaskan keterbukaan ilmu itu bagi siapa pun.
Pada puluhan tahun silam itu jenis regional (dan Senzala yang berkembang di Rio de Janeiro) berkembang pesat, dengan Capoeira Angola dipertahankan oleh Pastinha dan murid-muridnya. Namun, sekitar 20 tahun lalu ada kebangkitan capoeira angola yang menjadi sangat populer. Kini banyak mestre dan sekolah capoeira, baik di Brasil maupun di luar Brasil, menggabungkan dua gaya itu karena masing-masing mempunyai kelebihan.
Capoeira disebut sebagai paduan seni dan bela diri karena olah fisik hanyalah satu unsurnya. Seorang yang belajar capoeira baru akan disebut sebagai capoerista kalau dia selain berlatih kemampuan fisik dan mempelajari sejarah serta filsafat ilmu itu juga menguasai lagu-lagu dan belajar alat musik capoeira. Menurut Eduardo Correia Filho (Contra-mestre Duda) dari Grupo Luanda, Bahia, seorang capoerista harus menguasai ilmu itu dalam teknik, filsafat, kultural, dan musik.
Musik menjadi bagian tak terpisahkan dalam praktik capoeira. Kata-kata dalam lagu capoeira mempunyai arti khusus bagi mereka yang mempraktikkannya, bisa cerita historis, filsafat, maupun ejekan dan canda. Untuk menjadi capoerista, seseorang juga harus mempelajari bagaimana memainkan alat musik tradisionalnya serta iramanya.
Ciri khas musik capoeira adalah alat musik yang disebut berimbau. Bentuknya mirip busur panah, terbuat dari kayu dan kawat (dari ban mobil), dengan cabaça (labu) kering yang telah dikeluarkan bagian dalamnya sebagai resonator. Alat musik yang disebut sebagai jantung capoeira itu bunyinya "tung-tung-tung". Selain itu, ada pandeiro (tamborin), atabaque (gendang), agogo, dan reco-reco.
PADA tahun 1970-an, capoeira mulai merambah ke luar Brasil dan diterima hangat di AS, Eropa, dan kemudian Australia. Menurut Bira Almeida atau Mestre Acordeon yang mengajar murid-murid Amerika di San Francisco, bagi murid-muridnya di AS itu, capoeira adalah seni yang mengagumkan namun pelik, yang memberikan tantangan fisik dan enigma filosofis dari konteks sosiokultural dan sejarah yang berbeda. Oleh karena itu, dia ingin memberikan capoeira kepada mereka dengan cara akurat dan selengkapnya.
Keaslian capoeira di luar Brasil, menurut dia, harus dipertahankan dengan pengetahuan sejarahnya, hormat kepada tradisi dan ritualnya, mengerti filsafatnya, serta penggunaan gerakan yang tepat.
Di Jakarta, sejak beberapa bulan lalu, telah diajarkan capoeira dari kelompok bernama Asociação Grupo Bahia de Capoeira. Pengajarnya, Paul Andrew Stevens, yang mempunyai sebutan Ratinho, belajar capoeira sejak delapan tahun lalu di Brasil, AS, dan kemudian Australia, antara lain pada Mestre Paulo dos Anjos (yang meninggal tahun 1998) di Salvador dan Mestre Cicatriz di Sydney. Selain latihan fisik, dia juga mengajarkan sejarah, filsafat, dan ritual, serta alat musik capoeira. Menurut anak muda 19 tahun ini, murid-murid Indonesia tidak mempunyai kesulitan dalam menangkap yang diajarkan. Yang perlu ditingkatkan dari mereka? "Motivasi," katanya.
Mengajarkan capoeira dalam bentuknya yang utuh di tempat dengan konteks budaya dan sejarah yang berbeda memang bukan hal mudah. Mereka yang belajar capoeira di luar Brasil harus mempelajari tidak hanya suatu ilmu bela diri, melainkan juga seni yang menjadikannya suatu kesatuan. Ini memang perlu motivasi yang besar.
Bagi mereka yang tinggal di Bahia, negara bagian Brasil sebelah timur laut, capoeira adalah bagian keseharian mereka. Seperti kata Contra-mestre Duda, "Capoeira ada dalam darah kami."
Bagaimana tidak ada dalam darah dan udara yang mereka hirup kalau capoeira di Bahia dapat Anda temui di mana pun. Di Pelourinho, bagian kota bersejarah Salvador, itu menjadi sajian harian. Juga di lapangan, di pantai, serta di academias (sekolah-sekolah), capoeira bertebaran di seluruh Kota Salvador.
Menyadari kekayaan budaya yang bisa dimanfaatkan demi masyarakat itulah sekelompok capoeirista yang bergerak dalam bidang pendidikan jasmani, baik guru maupun mahasiswa, di Bahia membentuk kelompok untuk mengajarkan capoeira di sekolah-sekolah. Ada tiga perkumpulan yang terlibat dalam upaya ini: Centro Cultural de Capoeira Sao Salvador (SSA), Grupo GUETO, dan Grupo Luanda. "Kami ingin memperlihatkan kepada masyarakat sumbangan yang bisa diberikan capoeira. Yang kami sampaikan adalah capoeira sebagai kebudayaan, tidak hanya capoeira sebagai olahraga," kata Duda dari Grupo Luanda.
Pada anak usia 4-6 tahun, mereka menggunakan capoeira dengan perspektif meningkatkan kemampuan motorik anak: tangan, kaki, kepala, penglihatan periferik. Bagi anak usia 7-11 tahun yang dianggap telah berkembang kemampuan motoriknya, aspek sosial ditambahkan pada aspek fisik sehingga anak belajar kolektivitas: ada yang main musik, ada yang menyanyi, ada yang bermain, ada yang bertepuk tangan, semua terlibat dalam roda de capoeira. Aspek sosial ini diperkuat lagi pada kalangan murid remaja.
Capoeira mempunyai ritualnya. Seni ini dipraktikkan dalam sebuah roda, lingkaran orang yang terlibat, yang sering disebutkan sebagai gambaran roda kehidupan dengan masing-masing orang memainkan perannya.
Sebuah roda tradisional dimulai dengan sang mestre memainkan berimbau sendirian, disambung dengan alat musik lain. Lalu sang mestre menyanyikan sebuah laidanha, disambung dengan bersama menyanyikan entrada atau chula, menandai permainan di tengah roda bisa dimulai. Permainan yang diiringi lagu-lagu jenis corridos itu dimulai dengan dua pemain berjongkok berhadapan di kaki berimbau (sehingga muncul istilah No pé do berimbau-di kaki berimbau), menyerap energi yang diciptakan oleh roda, sebelum saling menyentuhkan telapak tangan dan masuk ke tengah roda.
Ketika menyaksikan Duda, Professora Brisa (Carolina de Magalhães) dan suaminya Contra-mestre Jean Pangolim dari Grupo GUETO, Contra-mestre Zézo dari SSA (murid Mestre Zé Doró), Professor Boda, Professor Aranola, Mestre Lazinho, dan teman-teman mereka dengan penuh semangat dan kegembiraan bermain capoeira dengan anak-anak, yang terlintas di pikiran adalah betapa beruntungnya anak-anak Salvador itu. Mereka tidak sekadar bermain capoeira. Mereka mendapat kesempatan mempelajari bagian kebudayaan mereka dengan penuh sukacita karena dedikasi para capoerista itu.
Anak-anak itu secara tak langsung diajarkan hidup bermasyarakat. Seperti kata Duda, "Dalam capoeira, orang diajarkan menghormati sesamanya. Capoeira bukanlah sekadar pertarungan dari sudut pandang teknik, tetapi suatu jogo (permainan) di mana Anda tidak ’bermain melawan’ (joga contra) melainkan ’bermain dengan’ (joga com) mitra Anda." (Diah Marsidi)
HAPKIDO
Shin Son Hapkido merupakan salah satu olahraga bela diri yang berasal dari Korea di samping Taekwondo. Hapkido bergerak berdasarkan prinsip lingkaran yang memanfaatkan kekuatan lawan. Teknik-teknik dalam Hapkido antara lain meliputi pukulan, tendangan, kuncian, bantingan, jurus, serta latihan senjata
TAEKWONDO
Taekwondo atau Tae Kwon Do adalah olah raga dan seni bela diri nasional Korea, dan salah satu olah raga yang paling banyak dilakukan di dunia. Dalam bahasa Korea, Tae (태, Hanja 跆) berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki", kwon (권, Hanja 拳) berarti "tonjokan atau pukulan dengan tangan atau tinju", dan Do (도, Hanja 道) berarti "cara atau seni". Jadinya, Taekwondo adalah "seni tangan dan kaki".
Taekwondo diciptakan oleh Jendral Choi Hong Hi asal Korea Selatan, yang merupakan kombinasi antara Shotokan Karate dan Kungfu Shaolin Utara (yang mana pada saat ini justru kedua ilmu beladiri tersebut banyak mengadaptasi tendangan tendangan taekwondo untuk ditambahkan dalam "kamus" gerakan beladiri mereka, baca paragraf akhir!).
Taekwondo sangat popular di seluruh dunia, dan bentuk Taekwondo dari Kukkiwon-Federasi Taekwondo Dunia sekarang dipertandingkan di Olimpiade. Taekwondo telah dikritik karena tidak mengajarkan teknik yang efektif di jalan. Kritik ini berdasarkan penekanan taekwondo dalam tendangan tinggi, yang dipandang beberapa orang tidak praktis ketika digunakan musuh yang bergerak dan bertahan. Lainnya menganggap hal ini merupakan suatu keuntungan dalam perkelahian. Taekwondo digunakan dalam latihan pertarungan tanpa senjata di beberapa angkatan bersenjata (di Prancis, Lebanon, dan Iran sebagai contoh).
Taekwondo selalu menekankan kepada: meringankan tubuh, kecepatan kaki, tendangan tendangan tipuan, serta kombinasi dua atau tiga tendangan sekaligus dalam satu serangan.
Taekwondo dikenal juga sebagai ilmu beladiri pertama di dunia yang menemukan kombinasi tendangan putar dua kali diudara dan diakhiri dengan tamparan di wajah musuh dengan kaki depan (Dollge). Tendangan ini cukup populer dalam dunia layar lebar, dan sekarang gerakan Dollge tersebut sudah mulai di adaptasi oleh beladiri lainnya seperti Tang Soo Do, Shotokan Karate, serta Wushu.
KARATE
Karate adalah seni bela diri yang berasal daripada Jepun (Jepang). Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepun daripada Okinawa.
Asas karate adalah sama. Namun terdapat beberapa jenis gaya (stail) karate yang utama iaitu:
1. Shotokan. 2. Goju-Ryu. 3. Shito-Ryu. 4. Wado-Ryu.
Latihan asas karate terbahagi kepada tiga seperti berikut:
1. Kihon. Ia adalah latihan teknik-teknik asas karate seperti teknik menumbuk, menendang dan menangkis.
2. Kata. Ia adalah latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite. Ia adalah latihan bela diri atau tempur.
Pada zaman sekarang karate juga boleh dibahagikan kepada aliran tradisional dan aliran sukan (sport). Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur manakalah aliran sukan lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan sukan.
Friday, May 9, 2008
Seni Beladiri
May 09, 2008
Koguryo Taekwondo Surakarta
0 comments:
Post a Comment